Oleh: KH. Ahmad Halimy, SE, M.Pd.I
Istilah zaman edan terkenal gara gara puisi Ronggowarsito. Beliau
mencirikannya sebagai zaman di mana kalau kita tidak ikut edan kita bisa
tak dapat bagian. entah bagian apa yang dimaksud.
Sayyid
Muhammad Alawi al Maliki dalam Syaroful Ummatil Muhammadiyyah (Keutamaan
Ummat Muhammad) membuat satu bab berjudul Mudho'afatul Tsawabil 'Amilin
fi Zamanil Fitnah. Berlipatgandanya pahala orang yang beramal di zaman
fitnah.
Beliau mengutip hadits Nabi tentang zaman fitnah :
إئتمروا بالمعروف وانتهوا عن المنكر حتى إذا رأيت شحا مطاعا وهوى متبعا
ودنيا مؤثرة وإعجاب كل ذى رأى برأيه فعليك بنفسك ودع عنك العوام فإن من
ورائكم ايام الصبر الصبر فيهن مثل القبض على الجمر للعامل فيهن مثل اجر
خمسين رجلا يعملون مثل عمله - رواه ابن ماجه الترمذى وابو داود بزيادة
Kerjakanlah kebaikan dan berhentilah berbuat kemunkaran, sampai
jika kamu melihat sifat syuhh yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti,
dunia yang diutamakan dan setiap orang membanggakan pendapatnya, maka
jagalah diri kalian sendiri dan tinggalkanlah orang orang umum.
Di belakang kalian ada hari hari kesabaran, di mana sabar di waktu itu
laksana memegang bara api. Orang yang beramal baik di masa itu mendapat
pahala yang sama dengan 50 orang yang mengerjakan amal yang sama H,R.
Ibn Majah, at Tirmidzi dan Abu Dawud.
Dalam hadits ini Nabi menyebut 4 tanda masa fitnah :
1. merajalelanya sifat syuhh. Syuhh adalah gabungan dari sifat tamak dan pelit. Di zaman edan, ketamakan merajalela. Greed is good, tamak itu baik. Itu kabarnya kata kata dalam film tentang Wall Street bursa efek di New York, pusat kapitalisme dunia. Dalam konteks global, zaman fitnah mungkin adalah masa di mana kapitalisme menjarah nyaris tak tersisa segala sumber daya, dari barang hingga manusia.
1. merajalelanya sifat syuhh. Syuhh adalah gabungan dari sifat tamak dan pelit. Di zaman edan, ketamakan merajalela. Greed is good, tamak itu baik. Itu kabarnya kata kata dalam film tentang Wall Street bursa efek di New York, pusat kapitalisme dunia. Dalam konteks global, zaman fitnah mungkin adalah masa di mana kapitalisme menjarah nyaris tak tersisa segala sumber daya, dari barang hingga manusia.
Sedangkan sifat
bakhil adalah puncak egoisme, di mana kepentingan dan kesenangan sendiri
selalu diutamakan di atas kepentingan dan kebaikan bersama. Orang orang
menjadi egois, tak bisa berfikir keluar dari kepentingan dirinya.
2. Hawa Nafsu diikuti. Ini mungkin gejala hedonisme yang dilayani
nyaris tanpa batas, atas berbagai atas nama : kebebasan, seni,
kreativitas atau bahkan hak atas kesenangan berdasar privasi. Konsumsi
nyaris tanpa kendali. Bendera 3 F (Food, Fun, Fashion) dikibarkan di
mana mana.
3. Dunia yang diutamakan. Berarti akhirat
dinomorduakan. Orang lupa akan kematian, dan berda'wah mengajak orang
orang agar lupa akan kematian. Melalui berbagai cara dan metode manusia
diajak terpesona dengan dunia dan lupa akan rumah masa depannya yang
bernama kuburan.
4. Membanggakan pendapat sendiri. Ini masa di
mana manusia bersombong ria dengan aliran pemikirannya, di mana mulut
banyak bicara dan telinga enggan mendengarkan. Aliran saya, manhaj saya,
ideologi saya, pendapat saya : itu semua menghias pola berfikir
masyarakat. Tak ada yang berendah hati seperti Imam Syafii, yang berkata
:
"Pandangan saya ini benar, namun bisa jadi salah. Pandangan mereka itu salah, namun bisa jadi benar".
Orang orang menjadi ekstrim. Ada yang ekstrim liberal, ada yang ekstrim
literal. Ada yang ekstrim sehingga melarang nyaris semua hal yang tak
ada nash jelas, ada yang ekstrim membolehkan semua hal yang dilarang
walau jelas ada nash.
Ada yang ekstrim dalam beragama, ada yang
ekstrim dalam tidak beragama. Ada yang ekstrim anti razia di bulan
Romadlon, ada yang esktrim pro razia di bulan Romadlon (heh he he ).
Ada yang ekstrim pro negara, ada yang ekstrim anti negara.
Dengan tanda tanda ini, apakah sekarang termasuk zaman edan ?
Entahlah. walLahu a'lam.
0 Response to "Zaman Fitnah = Zaman Edan = Kala Bendhu"
Posting Komentar