Penerimaan Siswa Baru, Silahkan daftarkan putra/putri anda DI MA, MTs, Pesantren, dan atau Panti Asuhan Kami. Segera !!!

Kenapa Asyairoh Membolehkan Ta'wil?

Oleh: KH. Ahmad Halimy., SE.,M.Pd.I

Ta'wil secara sederhana berarti memilih makna majazi alias konotatif dari sebuah kata. Saat anda mengatakan bahwa kata tangan dalam kalimat "dunia di tanganku" adalah sebuah majas, dan tangan di situ bukan anggota tubuh, maka saat itu anda telah mena'wil. Jika anda memilih makna kias tertentu misalnya kekuasaan, maka itulah ta'wil tafshili (ta'wil terperinci). Jika anda mengatakan bahwa yang jelas maknanya bukan anggota tubuh, itulah ta'wil ijmali alias ta'wil global alias tafwidl versi jumhur ulama' selain Taimiyyun.

Dalam memahami ayat mutasyabih, sebagian Asyairoh memilih ta'wil, selain tafwidl yang disebut ta'wil ijmali. Di Maturidiyyah ta'wil malah lebih menonjol. Di Hanabilah, ta'wil didukung oleh Syaikh Ibnul Jawzi.

Kenapa demikian ?

Berikut beberapa alasan.

Pertama : Ta'wil digunakan dalam Al Qur'an. Ayat seperti

كُلُّ شَیۡءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجۡهَهُۥۚ

Segala sesuatu musnah kecuali wajahNya.

Kata Wajh di sini dita'wil oleh semua ulama', baik ijmali ataupun tafshili, termasuk ta'wil terkenal dari Imam Bukhori yaitu mulkah.

Kedua. Ta'wil diajarkan dalam hadits qudsi. Dalam hadits qudsi yang shohih, diriwayatkan Allah SWT berfirman :

يا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي

Hai manusia. Aku sakit, kenapa engkau tak menjengukKu.

Allah SWT sendiri yang menjelaskan maksud kalimat tersebut dengan ta'wil :

أما عَلِمْتَ أنَّ عَبْدِي فُلانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ، أما عَلِمْتَ أنَّكَ لو عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ

Tidakkah kau tahu bahwa hambaKu Fulan sakit, lalu engkau tak menjenguknya.

Ini jelas ta'wil yang diajarkan oleh Allah dan RasulNya dalam hadits ini.

Ketiga. Ta'wil diajarkan oleh Nabi.

Dalam sebuah riwayat Nabi mengatakan pada istri istri beliau :

أسرَعُكنَّ بي لحوقًا أطولُكنَّ يدًا . قالت: فكُنَّ يتطاوَلْنَ أيُّهنُ أطولُ يدًا

Yang akan wafat lebih dulu di antara kalian adalah yang paling panjang tangannya.

Karena memahami hadits ini secara haqiqi, para istri Nabi lalu mengukur panjang tangan masing masing. Yang paling panjang tangannya adalah Siti Saudah. Saat ternyata bahwa yang meninggal lebih dulu adalah Siti Zainab binti Khuzaimah, sadarlah para istri Nabi bahwa sabda Nabi itu bermakna konotatif alias majazi alias harus dita'wil.

Panjang tangan dalam sabda tersebut bermakna suka memberi dan bersedekah, dan Siti Zainab binti Khuzaimah adalah istri nabi yang paling suka bersedekah sehingga beliau dijuluki Ummul Masakin alias ibu orang orang miskin.

Ini juga ta'wil

Keempat. Ta'wil dilakukan oleh sejumlah ulama' salaf, walau bukan oleh mayoritas salaf.

Yang ini perlu ditulis khusus.

 

Wallahu a'lam

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kenapa Asyairoh Membolehkan Ta'wil?"

Posting Komentar