Penerimaan Siswa Baru, Silahkan daftarkan putra/putri anda DI MA, MTs, Pesantren, dan atau Panti Asuhan Kami. Segera !!!

Adu Domba dan Sejarah

Oleh: KH. Ahmad Halimy

Tak bisa dipungkiri, sejarah adalah salah satu alat adu domba yang paling efektif. Membaca sejarah karena itu memerlukan sikap bijak, disamping pengetahuan yang luas. Pengetahuan yang luas diperlukan untuk memahami bahwa narasi sejarah seringkali tidak tunggal. Bahkan jikapun ada narasi tunggal, tafsir terhadap narasi tersebut bisa jadi berbeda. Sikap bijak diperlukan dalam menyikapi sejarah, agar sejarah gagal menjadi tragedi, tak menjadi sejenis "masa lalu yang membunuh masa depan".


Syahdan, di masa RasululLah di Madinah, ada seorang tokoh Yahudi bernama Syas bin Qois. Dia termasuk kelompok Yahudi yang marah melihat perdamaian suku Aus dan Khozroj (dua suku utama sahabat Anshor di Madinah) pasca kehadiran Kanjeng Rasul. Sebelumnya, selama puluhan tahun, dua suku ini terlibat konflik yang sampai menimbulkan perang antar suku, dan Yahudi Madinah --penjual senjata-- menangguk keuntungan besar dari konflik dan instabilitas ini. Ini semua hancur setelah Kanjeng Rosul mendamaikan dua suku ini.


Karena itu ketika suatu hari orang orang dari suku Aus dan Khozroj sedang berkumpul dan saling bercerita di suatu majlis (mungkin kalau sekarang sedang ngopi bareng di sebuah cafe), Syas bin Qois menyuruh seorang pemuda Yahudi duduk duduk dengan mereka. Syas menyuruhnya mengingatkan kaum Aus dan Khozroj yang berkumpul itu dengan peristiwa Perang Bu'ats, salah satu perang suku terbesar di masa lalu.


Berangkatlah sang pemuda, duduk bersama mereka dengan akrab, lalu ikut serta dalam percakapan mereka. Di tengah tengah percakapan hangat tersebut, sang pemuda menyebut nyebut Perang Bu'ats, mengutip beberapa syair syair perang dan permusuhan yang diucapkan dua pihak --Aus dan Khozroj -- dalam perang tersebut, sampai dia berhasil membangkitkan emosi dua pihak.


Lalu bangkitlah seorang pemuda Aus --bernama Aus bin Qibthiy-- dan seorang pemuda Khozroj -- Salamah bin Shokhr-- saling menantang, lalu berjanji adu pedang di waktu dhuhur di daerah Harroh. Orang orang dari dua suku pun ada yang terpengaruh, dan kembali membangkitkan semangat perang antar suku.


Hingga sampailah berita ini pada Kanjeng Rosul. Bangkitlah beliau bersama para sahabat mendatangi tempat pertikaian. Lalu beliau memarahi dan menyadarkan dua suku ini, seraya bersabda :


ابدعوى الجاهلية وانا بين اظهركم


Apakah kalian ingin membangkitkan lagi permusuhan Jahiliyyah, padahal aku masih hidup bersama kalian ???


Nabipun menasehati dua kelompok ini, hingga mereka sadar bahwa mereka telah diadu domba, lalu mereka menangis dan saling berpelukan satu dengan yang lain.


Allah SWT mengabadikan peristiwa ini dengan menurunkan QS. Ali Imron : 100.


Sejarah, jika ia benar sekalipun, tetap perlu kebijakan dalam menyikapinya. Bagaimana pula jika sejarah yang disebarkan hanya sekedar hoaks dan rekayasa ???. Dan orang orang dengan watak seperti Syas bin Qois mungkin masih banyak berkeliaran di sekitar kita.


WalLahu a'lam

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Adu Domba dan Sejarah"

Posting Komentar