Oleh : KH. Ahmad Halimy, M.Pd.I
Membaca buku Tradition and Encounters terbitan McGraw Hill pada bagian tentang sejarah islam, ada kesalahpahaman yang sering terjadi dalam memahami sejarah Islam. Pengumpulan al Qur'an ( di sana ditulis compilation of Quran) disebut terjadi pada tahun 650s (tahun 650an). Ini zaman Kholifah Utsman bin Affan ra, sekitar 18 tahun setelah Nabi wafat (632 H). Ini menimbulkan salah persepsi bahwa al Qur'an dikumpulkan lama setelah Nabi wafat.
Padahal pengumpulan al Qur'an dalam satu mushaf telah dilaksanakan di masa Kholifah Abu Bakr ash Shiddiq (632-634), yakni sekitar setahun setelah Nabi wafat. Yang dilakukan di masa Sy. Utsman adalah kodifikasi, memperbaiki dan memperbanyak naskah mushaf yang telah ada karena mushaf standar wakru itu hanya satu yang ada di Madinah, yaitu mushaf yang dikumpulkan di masa Sy. Abu Bakr. Ketua tim di masa Sy. Abu Bakr dan Sy. Utsman itupun satu orang yang sama : Sy. Zaid bin Tsabit.
Kesalahan yang sering terjadi dalam pemahaman sejarah teks al Qur'an adalah pemahaman bahwa al Qur'an disebarkan via teks, sehingga dilakukan kritik teks dengan mempelajari manuskrip manuskrip mushaf yang ada. Yang kurang dipahami adalah bahwa metode penyebaran al Qur'an dari periode Nabi hingga sekarang banyak mengandalkan transmisi dalam bentuk hafalan. Teks hanya menjadi panduan hafalan. Karena itu penghafal Qur'an dari masa Nabi hingga sekarang jumlahnya banyak sekali.
Ketika Sy. Utsman selesai memperbanyak teks, mushaf mushaf standar itu kemudian dikirim ke berbagai kota besar beserta guru pengajar al Qur'an yang mengajarkan mushaf tersebut dan menerima hafalan para pelajar. Bisa dipastikan para pengajar ini kualitasnya semua adalah hafidh, penghafal al Qur'an dari golongan para sahabat besar yang menerima pengajaran al Qur'an langsung dari RosululLah SAW.
Ketika Sy. Ali bin Abi Tholib menjadi kholifah selama kurang lebih 4 tahun (656-660 M.) beliau tak merubah musfaf Utsmaniy tersebut. Tak ada cerita beliau membuat mushaf baru atau merubah mushaf yang lama. Cerita bahwa ada Qur'an versi Sy. Ali yang berbeda dengan yang ada sekarang adalah sebuah cerita yang ahistoris, hanya dipercaya orang orang yang tak memahami sejarah Sy. Ali.
walLohu a'lam
Padahal pengumpulan al Qur'an dalam satu mushaf telah dilaksanakan di masa Kholifah Abu Bakr ash Shiddiq (632-634), yakni sekitar setahun setelah Nabi wafat. Yang dilakukan di masa Sy. Utsman adalah kodifikasi, memperbaiki dan memperbanyak naskah mushaf yang telah ada karena mushaf standar wakru itu hanya satu yang ada di Madinah, yaitu mushaf yang dikumpulkan di masa Sy. Abu Bakr. Ketua tim di masa Sy. Abu Bakr dan Sy. Utsman itupun satu orang yang sama : Sy. Zaid bin Tsabit.
Kesalahan yang sering terjadi dalam pemahaman sejarah teks al Qur'an adalah pemahaman bahwa al Qur'an disebarkan via teks, sehingga dilakukan kritik teks dengan mempelajari manuskrip manuskrip mushaf yang ada. Yang kurang dipahami adalah bahwa metode penyebaran al Qur'an dari periode Nabi hingga sekarang banyak mengandalkan transmisi dalam bentuk hafalan. Teks hanya menjadi panduan hafalan. Karena itu penghafal Qur'an dari masa Nabi hingga sekarang jumlahnya banyak sekali.
Ketika Sy. Utsman selesai memperbanyak teks, mushaf mushaf standar itu kemudian dikirim ke berbagai kota besar beserta guru pengajar al Qur'an yang mengajarkan mushaf tersebut dan menerima hafalan para pelajar. Bisa dipastikan para pengajar ini kualitasnya semua adalah hafidh, penghafal al Qur'an dari golongan para sahabat besar yang menerima pengajaran al Qur'an langsung dari RosululLah SAW.
Ketika Sy. Ali bin Abi Tholib menjadi kholifah selama kurang lebih 4 tahun (656-660 M.) beliau tak merubah musfaf Utsmaniy tersebut. Tak ada cerita beliau membuat mushaf baru atau merubah mushaf yang lama. Cerita bahwa ada Qur'an versi Sy. Ali yang berbeda dengan yang ada sekarang adalah sebuah cerita yang ahistoris, hanya dipercaya orang orang yang tak memahami sejarah Sy. Ali.
walLohu a'lam
0 Response to "Membedah Kesalahpahaman Buku Tradition and Encounters terbitan McGraw Hill"
Posting Komentar