Penerimaan Siswa Baru, Silahkan daftarkan putra/putri anda DI MA, MTs, Pesantren, dan atau Panti Asuhan Kami. Daftar di https://s.id/PSMB_ROBIN !!!

Bantahan Imam Suyuthi terhadap Pengingkar Majaz

Oleh: KH. Ahmad Halimy

Majaz secara bahasa bermakna melewati. Menggunakan majaz dalam bahasa berarti melewati makna asli (haqiqi) suatu kata, menuju makna lain karena ada qorinah di antara keduanya. 
Ada sebagian sangat kecil ulama' yang mengingkari adanya majaz dalam bahasa Arab.  Yang paling masyhur tentu saja Syaikh Ibn Taimiyah. Sebelum beliau, nama Abu Ishaq Al Isfaroyini dan Dawud adh Dhohiri sering disebut.
Argumentasi pengingkar majaz antara lain :
- tak ada bukti historis bahwa orang arab memahami makna kata secara haqiqi dulu, baru membentuk makna majazinya.
- hubungan antara kata dan makna yang ditunjuk oleh kata adalah hubungan berdasarkan konsensus, dan bukan hubungan yang dibangun berdasarkan logika akal.
- Karena itu, tak bisa dikatakan bahwa makna kata tertentu adalah haqiqi dan yang lain adalah majaz, karena tak ada tertib historis dalam kemunculan keduanya.
Saat membantah pendapat ini, Imam As Suyuthi mengemukakan beberapa argumen.
- Ketiadaan catatan historis tak menafikan kemungkinan tertib historis dalam pemaknaan suatu kata. Dalam praktek manusia, perkembangan pemahaman bahasa anak anak bisa memperkuat argumen tertib historis antara makna haqiqi dan majazi. Anak anak mengenal makna suatu kata berdasar benda yang dia indera lebih dulu, sebelum memahami kemungkinan makna lain dari kata tersebut.
Anak anak misalnya, saat memahami kata macan, maka tentu yang dia pahami adalah macan yang terlihat itu. Yakni seekor binatang buas.
Dalam perkembangannya, dia akan memahami kemungkinan makna lain dari macan saat mendengar kalimat : Si Fulan adalah Macan Kemayoran.
- Menyatakan bahwa orang Arab menyamakan antara makna haqiqi dan majazi ini jelas salah, karena kata macan bukanlah nama dari orang berani. Kata macan awalnya menunjuk pada hewan. Sedangkan nama orang yang berani adalah nama manusia yang dia pakai sehari hari. Zaid misalnya. 
Ini jelas menunjukkan bahwa makna haqiqi ada lebih dulu, baru kemudian makna majazi.

WaLlahu a'lam

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bantahan Imam Suyuthi terhadap Pengingkar Majaz"

Posting Komentar