Selanjutnya kata santri ini diserap, dan dimaknai sebagai satu istilah khusus bagi mereka yang sungguh sungguh mempelajari ajaran agama Islam.
Pesantren, sebagai tempat belajar para santri, memiliki jejak yang panjang dalam sejarah Indonesia. Sejak pertengahan 1400-an, pesantren telah mulai ada dan berkembang di Indonesia, seiring dengan pesatnya Da'wah Islam yang dipelopori para wali yang dikenal sebagai Wali Songo.
Tentu saja pesantren sekarang tak sama dengan di masa lalu. Dari sisi infrastruktur hingga suprastruktur, mungkin ada hal hal yang berubah. Mungkin karena perubahan adalah satu hal yang manusiawi, lumrah terjadi dalam sejarah manusia. Saking lumrahnya sampai sampai salah satu kaidah fiqh paling terkenal di pesantren berbunyi : al hukm yaduur ma'al 'illah wujudan wa 'adaman. Hukum beredar dengan illatnya, dalam ada dan tiada illat tersebut.
Namun, nilai dasarnya tetap. Dalam definisi yang diberikan Allah yarham Kiai Hasani Nawawi
السنتري بشاهد حاله هو من يعتصم بحبل الله المتين ويتبع سنة الرسول الامين ولا يميل يمنة ولا يسرة
Santri menurut keadaannya adalah orang yang berpegang dengan tali Allah yang kokoh (Al Qur'an) dan Sunnah Rasul yang amanah, dan tak menyeleweng ke kanan dan ke kiri.
Santri pada dasarnya tetap : berusaha mengikuti Al Qur'an dan Sunnah, sesuai ilmu yang diajarkan oleh para ulama' dari generasi ke generasi. Ilmu para ulama', itulah yang dicari para santri, karena sebagaimana disabdakan oleh RasuluLlah shollaLlahu 'alayhi wa sallam: ilmu tak dicabut sekaligus. Ilmu akan dicabut dengan wafatnya para ulama'.
Ilmu menurut sabda Nabi ini, karena itu, bukan berada di buku buku, ataupun di informasi informasi yang kita dapatkan di gawai kita. Ilmu didapatkan dari para ulama'. Itulah hakikat kesantrian.
Kata Sayyid Muhammad Al Maliki pada murid murid beliau : engkau selamanya adalah santri, pencari ilmu dari para ulama'.
Selamat Hari Santri.

0 Response to "Santri"
Posting Komentar