Penerimaan Siswa Baru, Silahkan daftarkan putra/putri anda DI MA, MTs, Pesantren, dan atau Panti Asuhan Kami. Segera !!!

Kuliah Tauhid

Oleh: KH. Ahmad Halimy, SE., M.Pd.I.
 
Belakangan banyak orang mengajarkan tauhid. Bahkan ada yang bikin slogan Indonesia Bertauhid, setelah sebelumnya muncul Indonesia Berdzikir atau Indonesia Bersholawat. Slogan slogan ini lumrah dalam pemasaran ide, untuk menarik minat dan afeksi masyarakat. Bukankah kampanye calon presiden atau gubernur pasti melibatkan slogan dan semboyan ?
Dulu, sebelum masa slogan slogan ini, ada sebuah buku kecil yang ditulis aktivis muslim tahun 1970an yang sangat terkenal, alm. Dr. Imaduddin Abdurrohim. Beliau sahabat Cak Nur. Buku kecil itu berjudul Kuliah Tauhid, diajarkan di Masjid Salman ITB di mana penulisnya mengajar sebagai dosen. Saya mendapatkan buku kecil itu sekitar tahun 1999 di Malang. Harganya sekitar Rp. 3000. Saya juga pernah mengikuti kajian Kuliah Tauhid di RCTI oleh Bang Imad sendiri yang dipandu Dr. Arif Rahman Hakim.
Buku Bang Imad ini sebenarnya mengikuti pemikiran Ibn Taimiyah. Hanya saja tidak murni. Ada yang sepertinya merupakan hasil dari buah pikiran beliau sendiri. Beliau mengikuti pembagian tauhid menjadi uluhiyyah dan rububiyyah, namun alih alih memakainya untuk menyerang orang yang ziarah kubur dan tawassul, beliau memakainya dalam kerangka mengkritisi akhlaq dan sikap manusia secara umum.
Menurut Bang Imad tauhid uluhiyyah adalah pengakuan bahwa Allah adalah satu satunya ilah (yang disembah, dicintai dan dipatuhi) sedangkan tauhid rububiyyah adalah pangakuan bahwa Allah adalah satu satunya Robb (pencipta semesta alam). Menurut Bang Imad manusia bisa saja bertauhid rububiyyah tapi tidak bertauhid uluhiyyah. Artinya bisa saja seorang manusia mengakui Allah sebagai pencipta dan pengatur alam semesta, namun dalam kehidupannya dia tidak mematuhi, tidak mencintai dan tidak menyembah Allah.
Bang Imad memberi contoh Iblis. Sebagai makhluk yang diciptakan Allah jauh sebelum Nabi Adam dan berteman dengan para malaikat, Iblis tentu saja memiliki keyakinan bahwa Allah satu satunya pencipta dan pengatur alam (tauhid rububiyyah) 100%. Iman Iblis tentu saja sangat kuat. Namun dari segi kepatuhan (tauhid uluhiyyah) Iblis sangat tidak patuh, sehingga dia diusir dari surga. Kelakuan Iblis inilah yang disorot oleh Bang Imad sebagai banyak dilakukan oleh manusia. Beriman pada Allah tapi perintah dan laranganNya tak dihiraukan. Beriman pada Allah namun menyembah harta, pakaian dan jabatan.
Jadi, berbeda dengan pemikiran Ibn Taimiyah dan Wahhabi yang menggunakan pembedaan tauhid rububiyyah uluhiyyah ini untuk menyerang dan menuduh bid'ah (bahkan syirik) praktek keagamaan fiqhiyyah yang berbeda dengan pemahaman mereka (walaupun dikerjakan oleh ulama' salaf dan ada dalilnya) seperti tawassul dan ziarah kubur wali, Bang Imad memakai pisau analisis Ibn Taimiyah secara berbeda. Dia menyorot akhlaq dan perilaku ummat Islam yang bertenta
ngan dengan tauhid. Tauhid dalam pandangan Bang Imad adalah soal worldview, pemahaman tentang tata nilai, bahwa Allah adalah nomer satu dan satu satunya tujuan dan ukuran. Bang Imad tidak menggunakan pemahaman ini dalam polemik masalah masalah fiqh seperti tawassul. Contoh yang diberikan Bang Imad pun beda : Iblis, sementara kelompok wahhabi kadang menjadikan Abu Jahl dan kafir Makkah sebagai contoh orang orang yang bertauhid rububiyyah tapi tidak uluhiyyah.
Tauhid Bang Imad, dalam konteks ini, sebenarnya berbau sufistik. Tashowwuf sebenarnya adalah pemahaman radikal terhadap tauhid. Hanyasaja berbeda dengan wahhabi, fokus utama tauhid dalam tashowwuf adalah mentauhidkan HATI dan pikiran, sementara kelompok wahhabi sibuk membahas soal soal khilafiyyah fiqh dalam kerangka aqidah. Tauhid shufi berawal dan berujung pada introspeksi diri apakah hati sudah bersih dan bertauhid, sementara tauhid wahhabi berawal dari kritik pada praktek keagamaan lahiriyyah yang berujung pada suudh dhon terhadap keimanan sesama muslim.
Bagi mereka yang menggemari pola pikir Ibn Taimiyah soal tauhid, pemikiran Bang Imad bisa menjadi alternatif untuk membawanya keluar dari frame Wahhabi. Bang Imad juga tak terlalu membahas tauhid asma' wash shifat, yang menyebabkan banyak wahhabi menganggap sesat kelompok Asyairoh. Ini satu nilai lebih beliau. Hanya satu hal mengganjal saya : Bang Imad menjadikan perokok sebagai contoh orang yang kurang kuat tauhid uluhiyyahnya. Satu hal yang kontroversial, terutama bagi para ahli hisap yang tersebar di seantero Nusantara.
walLahu a'lam

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kuliah Tauhid"

Posting Komentar