Belakangan banyak orang mengajarkan tauhid. Bahkan ada yang bikin
slogan Indonesia Bertauhid, setelah sebelumnya muncul Indonesia
Berdzikir atau Indonesia Bersholawat. Slogan slogan ini lumrah dalam
pemasaran ide, untuk menarik minat dan afeksi masyarakat. Bukankah
kampanye calon presiden atau gubernur pasti melibatkan slogan dan
semboyan ?
Dulu, sebelum masa slogan slogan ini, ada sebuah buku
kecil yang ditulis aktivis muslim tahun 1970an yang sangat terkenal,
alm. Dr. Imaduddin Abdurrohim. Beliau sahabat Cak Nur. Buku kecil itu
berjudul Kuliah Tauhid, diajarkan di Masjid Salman ITB di mana
penulisnya mengajar sebagai dosen. Saya mendapatkan buku kecil itu
sekitar tahun 1999 di Malang. Harganya sekitar Rp. 3000. Saya juga
pernah mengikuti kajian Kuliah Tauhid di RCTI oleh Bang Imad sendiri
yang dipandu Dr. Arif Rahman Hakim.
Buku Bang Imad ini
sebenarnya mengikuti pemikiran Ibn Taimiyah. Hanya saja tidak murni. Ada
yang sepertinya merupakan hasil dari buah pikiran beliau sendiri.
Beliau mengikuti pembagian tauhid menjadi uluhiyyah dan rububiyyah,
namun alih alih memakainya untuk menyerang orang yang ziarah kubur dan
tawassul, beliau memakainya dalam kerangka mengkritisi akhlaq dan sikap
manusia secara umum.
Menurut Bang Imad tauhid uluhiyyah adalah
pengakuan bahwa Allah adalah satu satunya ilah (yang disembah, dicintai
dan dipatuhi) sedangkan tauhid rububiyyah adalah pangakuan bahwa Allah
adalah satu satunya Robb (pencipta semesta alam). Menurut Bang Imad
manusia bisa saja bertauhid rububiyyah tapi tidak bertauhid uluhiyyah.
Artinya bisa saja seorang manusia mengakui Allah sebagai pencipta dan
pengatur alam semesta, namun dalam kehidupannya dia tidak mematuhi,
tidak mencintai dan tidak menyembah Allah.
Bang Imad memberi
contoh Iblis. Sebagai makhluk yang diciptakan Allah jauh sebelum Nabi
Adam dan berteman dengan para malaikat, Iblis tentu saja memiliki
keyakinan bahwa Allah satu satunya pencipta dan pengatur alam (tauhid
rububiyyah) 100%. Iman Iblis tentu saja sangat kuat. Namun dari segi
kepatuhan (tauhid uluhiyyah) Iblis sangat tidak patuh, sehingga dia
diusir dari surga. Kelakuan Iblis inilah yang disorot oleh Bang Imad
sebagai banyak dilakukan oleh manusia. Beriman pada Allah tapi perintah
dan laranganNya tak dihiraukan. Beriman pada Allah namun menyembah
harta, pakaian dan jabatan.
Jadi, berbeda dengan pemikiran Ibn
Taimiyah dan Wahhabi yang menggunakan pembedaan tauhid rububiyyah
uluhiyyah ini untuk menyerang dan menuduh bid'ah (bahkan syirik) praktek
keagamaan fiqhiyyah yang berbeda dengan pemahaman mereka (walaupun
dikerjakan oleh ulama' salaf dan ada dalilnya) seperti tawassul dan
ziarah kubur wali, Bang Imad memakai pisau analisis Ibn Taimiyah secara
berbeda. Dia menyorot akhlaq dan perilaku ummat Islam yang bertenta
ngan
dengan tauhid. Tauhid dalam pandangan Bang Imad adalah soal worldview,
pemahaman tentang tata nilai, bahwa Allah adalah nomer satu dan satu
satunya tujuan dan ukuran. Bang Imad tidak menggunakan pemahaman ini
dalam polemik masalah masalah fiqh seperti tawassul. Contoh yang
diberikan Bang Imad pun beda : Iblis, sementara kelompok wahhabi kadang
menjadikan Abu Jahl dan kafir Makkah sebagai contoh orang orang yang
bertauhid rububiyyah tapi tidak uluhiyyah.
Tauhid Bang Imad,
dalam konteks ini, sebenarnya berbau sufistik. Tashowwuf sebenarnya
adalah pemahaman radikal terhadap tauhid. Hanyasaja berbeda dengan
wahhabi, fokus utama tauhid dalam tashowwuf adalah mentauhidkan HATI dan
pikiran, sementara kelompok wahhabi sibuk membahas soal soal
khilafiyyah fiqh dalam kerangka aqidah. Tauhid shufi berawal dan
berujung pada introspeksi diri apakah hati sudah bersih dan bertauhid,
sementara tauhid wahhabi berawal dari kritik pada praktek keagamaan
lahiriyyah yang berujung pada suudh dhon terhadap keimanan sesama
muslim.
Bagi mereka yang menggemari pola pikir Ibn Taimiyah
soal tauhid, pemikiran Bang Imad bisa menjadi alternatif untuk
membawanya keluar dari frame Wahhabi. Bang Imad juga tak terlalu
membahas tauhid asma' wash shifat, yang menyebabkan banyak wahhabi
menganggap sesat kelompok Asyairoh. Ini satu nilai lebih beliau. Hanya
satu hal mengganjal saya : Bang Imad menjadikan perokok sebagai contoh
orang yang kurang kuat tauhid uluhiyyahnya. Satu hal yang kontroversial,
terutama bagi para ahli hisap yang tersebar di seantero Nusantara.
walLahu a'lam
0 Response to "Kuliah Tauhid"
Posting Komentar