Penerimaan Siswa Baru, Silahkan daftarkan putra/putri anda DI MA, MTs, Pesantren, dan atau Panti Asuhan Kami. Segera !!!

Sejarah yang Berputar

Dalam sebuah nasihatnya Syaikh Abdul Qodir al Jilani mengingatkan kita agar selalu rendah hati, tawadlu' pada orang lain, siapapun dia. Jika dia orang tua, anggaplah dia memiliki lebih banyak amal dibanding kita. Jika masih muda, anggaplah dia memiliki lebih sedikit dosa dibanding kita. Jika bertemu orang kafir sekalipun, tanamkan keyakinan bahwa siapa tahu hidayah Allah berikan padanya sehingga kehidupannya berubah.
Sejarah membuktikan bahwa manusia bisa berubah. Dalam kitab Tarikhul Hawadits wal Ahwal an Nabawiyyah (sebuah kitab ringkasan yang amat bagus terhadap Siroh Nabawiyyah), Sayyid Muhammad Alawi al Maliki menulis bahwa di masa masa akhir kehidupan RasululLah ada orang yang mengangkat diri mereka sebagai Nabi. Ada empat nama yang disebut oleh Sayyid : Musailamah al Kadzdzab, Aswad al Ansy, Thulaihah bin Khuwailid al Asadiy serta Sajah.bintul Harits al Tamimiyyah.

Keempat nabi palsu ini mempunyai suku pendukung. Yang paling kuat tentu saja Musailamah al Kadzdzab yang didukung Bani Hanifah di wilayah Najd, di wilayah timur Saudi Arabia sekarang. Pendukungnya terdiri dari orang orang arab pedesaan yang berani mati dalam bertempur.Diceritakan bahwa Kholid bin Walid yang memimpin peperangan melawan Musailamah ini harus mengganti pedang sebanyak 13 kali dalam sehari, saking hebat dan kerasnya pertempuran. Musailamah akhirnya tewas di tangan Wahsyi, budak Hindun yang dalam Perang Uhud membunuh Sayyidina Hamzah dengan lembingnya.
Aswad al Ansy yang mengaku Nabi di Yaman pengaruhnya meluas, hingga Abu Musa al Asy'ari dan Muadz bin Jabal harus menyingkir ke wilayah Hadramaut di Yaman Selatan untuk menghindari kekerasan Aswad al Ansy. Aswad akhirnya tewas dibunuh Bahmah Fairuz salah seorang raja Yaman. Usia "kenabian palsunya" hanya sekitar 4 bulan, sebagaimana disebutkan Ibnul Imad dalam Syadzaratudz Dzahab.
Yang menarik adalah kisah dua orang nabi palsu yang lain.
Sajah at Tammiyyah didukung Bani Tamim. Awalnya ia hendak menyerbu Musailamah al Kadzdzab, namun Musailamah cerdik. Dia memberi hadiah pada Sajah dan mengajaknya bergabung. Sajah akhirnya malah menikah dengan Musailamah. Pasca kekalahan Musailamah Sajah lari, berlindung pada paman pamannya di Bani Taghlib. Di sana dia masuk Islam lagi, dan bagus Islamnya. Lalu pindah ke Bashrah, dan meninggal di sana. Janazahnya disholati oleh Samuroh bin Jundab, gubernur Bashrah di masa Mu'awiyah.
Thulaihah lebih menarik lagi. Pernah masuk Islam di masa Nabi, lalu murtad dan mengaku menjadi nabi. Pasukannya lalu diperangi Kholifah Abu Bakr, dan kalah. Thulaihah pergi ke Syam. Di sana dia masuk Islam lagi, dan ikut berjuang dalam perluasan wilayah di masa Kholifah Umar bin Khotthob. Beliau dikenal sebagai salah seorang tentara Umar yang pemberani dan cerdas, hingga mati syahid dalam pertempuran di Nahawand.
Sejarah memang berputar. Sajah at Tamimiyyah dan Thulaihah bin Khuwailid al Asadi mengajarkan bahwa manusia bisa berubah.
walLahu a'lam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sejarah yang Berputar"

Posting Komentar