Penerimaan Siswa Baru, Silahkan daftarkan putra/putri anda DI MA, MTs, Pesantren, dan atau Panti Asuhan Kami. Segera !!!

Manhaj Salaf


Oleh: KH. Ahmad Halimy, SE,. M.Pd.I.

Banyak yang tidak / salah memahami apa yang disebut sebagai manhaj salaf. Kesalahpahaman ini membuat mereka memiliki paham yang salah yang sedihnya seringkali tidak disadari.

Manhaj salaf pada awalnya adalah istilah dalam ilmu tafsir tentang bagaimana ulama' ulama' salaf memaknai ayat ayat sifat yang mutasyabihat. Yang dimaksud adalah ayat ayat Qur'an dan hadits Nabi yang mengandung kata yang bila disalahpahami bisa menyebabkan manusia menyerupakan Tuhan dangan manusia.

Misalnya ayat :
يد الله فوق ايديهم
Yad Allah di atas tangan mereka.

Kata yad secara harfiah (denotatif) dimaknai tangan, namun secara majazi (konotatif) bisa bermakna kekuasaan atau kekuatan. Gejala dua makna ini (konotatif dan denotatif) Ini saya pikir ada dalam hampir semua bahasa.

Nah dalam memahami teks Qur'an dan hadits seperti ini para ulama' memiliki dua jalan :

Pertama adalah tafwidl yakni menyerahkan makna dan maksud teks tersebut kepada Allah SWT. Saking hati hatinya beberapa ulama' bahkan melarang kata seperti yad ini diterjemahkan. Cara inilah yang disebut sebagai manhaj salaf.

Kedua adalah ta'wil, yaitu memilih makna majazi dengan tanpa memastikan bahwa makna majazi inilah yang dikehendaki Allah. Jalan ini disebut sebagai manhaj kholaf (ulama' belakangan). Manhaj ini biasanya dipakai terutama untuk menjelaskan makna ayat tersebut di kalangan awam, apalagi yang tak memahami bahasa arab. Metode ini banyak dipakai kalangan ulama' Asyairoh dan Maturidiyyah.

Dua manhaj ini sebenarnya sama sama absah, baik secara ilmu kebahasaan maupun dari sisi kesejarahan. Secara penalaran makna konotatif termasuk kemungkinan makna yang diakui dalam kitab kitab kamus (kata istawa misalnya, dalam kitab Lisanul Arob punya paling tidak 4 kemungkinan makna). Secara kesejarahan sebagian ulama' salaf menggunakan metode ta'wil dalam menafsirkan beberapa teks ayat dan hadits.sebagaimana dalam banyak riwayat dalam Tafsir Thobari.

Lalu muncullah manhaj ketiga,yakni manhaj yang dipakai Ibn Taimiyah dalam menafsir dan memaknai ucapan salaf. Manhaj ini adalah menetapkan makna denotatif (haqiqi) sebagai makna dengan hanya menafikan pengetahuian tentang cara dan bentuk. Cara ini oleh Ibn Taimiyah dianggap sebagai manhaj salaf, sementara mayoritas ulama' lain menganggap pola pikir Ibn Taimiyah bukanlah pola tafwidl murni yang dipakai manhaj salaf.

Perbedaan definisi tentang manhaj salaf antara Ibn Taimiyah dan pengikutnya jumhur ulama' ini pada akhirnya berujung perselisihan pendapat panjang. Pengikut salafi kontemporer yang mengikuti Ibn Taimiyah berbeda pandangan dengan mayoritas ulama' soal apa sebenarnya manhaj salaf. Di sinilah awalnya mengapa pengikut Ibn Taimiyyah seperti Ustadz Firanda kemarin menganggap sesat Asyairoh, sementara banyak kalangan asyairoh mengecam pemikiran Ibn Taimiyah sebagai berbau tajsim.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Manhaj Salaf"

Posting Komentar