Penerimaan Siswa Baru, Silahkan daftarkan putra/putri anda DI MA, MTs, Pesantren, dan atau Panti Asuhan Kami. Segera !!!

DUA SAYAP ASYAIROH DAN MATURIDIYYAH



Oleh : KH. Ahmad Halimy, SE., M.Pd.I

Di masa Imam al Asy’ari, ada dua pemikiran ekstrem terkait asma’ was shifat. Sisi pertama adalah itsbat kebablasan yang mengarah ke tajsim, atau bahkan tajsim. Pemikiran ini terutama dipelopori oleh kelompok Karromiyyah, dan sebagian Syi’ah. Terkenal ucapan mereka : jism laa ka-l ajsam.

Pemikiran ini terkadang masuk kepada sebagian ahli hadits yang dituduh tajsim, karena itsbat yang berlebihan dalam beberapa nash shifat. Nama nama sebagian ahli hadits seperti Ibn Khuzaimah dan ad Darimi (Utsman bin Sa'id ad Darimi, bukan ad Darimi penulis Sunan ad Darimi), sering disebut dalam hal ini. Kelompok ini dikenal sangat literalis dalam memahami nash, mengutamakan dalil naqli dan sangat minim sekali menggunakan dalil aqli.

Kelompok kedua adalah kelompok yang menafikan sifat sifat bagi Allah, dengan alasan menghindari ta’addudul qudama’ (berbilangnya perkara yang qodim). Kelompok ini diwakili Jahmiyyah (pengikut Jahm bin Shofwan) dan terutama Mu’tazilah yang sempat menguasai pemerintahan di masa al Ma’mun hingga al Watsiq. Kelompok ini terdiri dari barisan mutakallimin, ahli ahli ilmu kalam yang mengikuti paham Mu’tazilah. Gerakannya sangat rasionalistik, mengemukakan dalil dalil aqli dibanding naqli.

Dua pemikiran ekstrem berusaha ditarik agar lebih moderat oleh Asyairoh. Hal ini menghasilkan adanya dua sayap dalam Asyairoh.

Sayap pertama adalah sayap ahli hadits, yang terdiri dari ulama’ ahli hadits yang mengikuti manhaj Imam al Asy’ari dan al Maturidi. Nama nama termasyhur dalam hal ini adalah Imam al Khotthobi, al Baihaqi, Ibn Abdil Barr al Maliki, an Nawawi, Ibn Hajar al Asqolani, as Suyuthi, Badruddin Ibn Jamaah, Qodli Iyadl dan sederet nama lainnya. Di kalangan Hanbali nama al Hafidh Abul Faroj Ibnul Jawzi sangat terkenal. Sayap ini biasanya menghadapi kelompok pertama, yang berlebihan dalam itsbat sehingga mengarah ke tajsim. Kitab kitab al Baihaqi seperti al I’tiqod dan al Asma’ wash Shifat sangat popular dalam kerangka ini, atau Fathul Bari milik Ibn Hajar dan al Minhaj yang ditulis an Nawawi.

Sayap kedua adalah sayap mutakallimin. Nama nama seperti Ibn Furok (walaupun beliau juga menulis kitab tentang Musykilul Hadits), al Baqillani, al Juwaini, al Ghozali, ar Rozi, al Iji, at Taftazani, sangat terkenal dengan metode ini. Metode ini sebenarnya sesuai untuk menghadapi metode aqli kaum Mu’tazilah, dan sejarah membuktikan bahwa kalangan mutakallimin inilah yang berhasil menghadapi pemikiran Mu’tazilah sehingga di abad ke 5 dan ke 6 Hijriah, pemikiran Mu’tazilah bisa dikatakan hanya tinggal nama saja di kalangan ummat Islam.

Bagi mereka yang ingin memahami asyairoh dari segi dalil naqli, sayap ahli hadits sangat sesuai untuk mereka. Di masa sekarang di mana kelompok model pertama menonjol, mungkin pemikiran muhadditsin asyairoh ini perlu ditonjolkan.

Bagi mereka yang menyukai pendekatan rasional, maka sayap mutakallimin bisa dijadikan rujukan. Walaupun, karena sifatnya yang filosofis rasional, mungkin sayap ini tak bisa dipahami banyak orang.

Dengan dua sayap inilah Asyairoh Maturidiyyah membawa terbang sikap moderat dalam pemikiran Islam, antara aqli dan naqli, antara literal dan liberal, antara tasybih dan ta'thil.

Semoga bermanfaat.

WalLahu a’lam

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "DUA SAYAP ASYAIROH DAN MATURIDIYYAH"

Posting Komentar