Penerimaan Siswa Baru, Silahkan daftarkan putra/putri anda DI MA, MTs, Pesantren, dan atau Panti Asuhan Kami. Segera !!!

TIGA TINGKATAN ITSBAT


Oleh: KH. Ahmad Halimy, SE., M.Pd.I

Dalam hal Nash shifat, Itsbat atau menetapkan sebenarnya ada tingkatannya. Semua madzhab pemikiran dalam hal ini sebenarnya telah Itsbat, hanya berbeda tingkatan dan gradasinya.

Pertama. Itsbat lafadh. Menetapkan keberadaan lafadh Nash shifat seperti istawa, yad, 'ayn, wajh, saq dan lain sebagainya.

Di tingkat ini tak ada perbedaan antar semua madzhab. Semua madzhab mengakui dan mengimani. Kalau tak mengimani ini, resikonya kafir.

Kedua. Itsbat Shifat. Menetapkan bahwa lafadh lafadh tersebut adalah sifat bagi Allah. Di sini Mu'tazilah dan Jahmiyyah tak mengakuinya. Asy'ariyyah, tak seperti yang diisukan oleh beberapa ustadz salafi yang entah karena salah paham atau tidak paham terhadap pemikiran Asyairoh, juga menetapkan yad, 'ayn, wajh dan lain lain sebagai sifat. Bedanya, Asyairoh menafikan jism.

Hal ini akan sangat jelas dalam kitab Al Asma' wash Shifat karya Al Baihaqi. Anehnya, hal ini juga diakui oleh Ibn Taimiyah dalam Minhajus Sunnah. Walaupun di beberapa bagian dari kitab itu, IT membuat deskripsi Asyairoh yang bisa misleading alias menyesatkan orang yang membaca.

Ketiga. Itsbat makna. Di sini sebenarnya titik yang menjadi khilafiyyah yang rame itu.

Asyairoh dalam hal makna menempuh dua jalan.

Tafwidl alias memasrahkan makna yang dimaksud pada Allah dengan menafikan makna jism. Ini disebut sebagai manhaj salaf. Kalau kita lihat statemen para ulama' seperti Ibn Uyainah dan Imam Syafi'i, manhaj inilah yang mereka pilih.

Ta'wil alias memilih makna majazi (konotasi) yang sesuai, dengan tidak memastikan bahwa makna itulah yang dikehendaki oleh Allah. Makna majazi ini diambil dari khazanah bahasa Arab dengan menekankan kaidah laysa kamitslih syai-un.

Ta'wil ini diriwayatkan dari sebagian salaf, untuk sebagian nash. Beberapa ta'wil disepakati. Beberapa yang lain diperselisihkan. Kitab kitab tafsir lama seperti Tafsir Thobari (w. 310 H.) banyak memuat diskusi soal ini.

Hanabilah sebagian besar tafwidl, dan menentang keras ta'wil. Ini terlihat dalam karya karya Ibn Qudamah. Walaupun ada Hanabilah yang setuju pada ta'wil seperti Ibn Aqil dan terutama Ibnul Jawzi.

Ibn Taimiyah dan para pengikut beliau menetapkan makna yang mereka sebut sebagai makna dhohir, atau makna haqiqi, walaupun ditekankan bahwa makna ini tak ada dalam kamus manusia, atau diberi embel embel makna yang sesuai dengan keagungan Allah. Ya sebenarnya tafwidl juga, hanya karena IT mengecam tafwidl dalam beberapa statemennya, maka salafi pengikut IT ikut ikutan mencela tafwidl.

Perlu diteliti, tafwidl yang bagaimana sebenarnya yang dikecam IT. Juga, adakah ulama' sebelum IT yang mengecam tafwidl. Jika tidak ada, maka pengecaman terhadap tafwidl adalah pendapat baru yang digagas oleh IT.

Jadi, semua Itsbat, hanya dengan gradasi yang berbeda.

Semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TIGA TINGKATAN ITSBAT"

Posting Komentar