Oleh: KH. Ahmad Halimy., SE.,M.Pd.I
Asy Syaukani
dalam Nailul Awthor menjelaskan fatwa Imam Izzuddin Ibn Abdussalam (577-660 H)
yang menyunnahkan menambahkan sayyidina sebelum menyebut nama Nabi Muhammad
SAW, padahal lafadh sholawat yang diajarkan Nabi tak menyebut kata sayyidina.
Izzzuddin Ibn
Abdissalam yang berjuluk Raja Para Ulama' mengambil dalil dari dua peristiwa di
mana dua sahabat besar tak melaksanakan perintah langsung dari Nabi, karena menjaga
adab kepada beliau.
Peristiwa
pertama adalah penolakan Sayyidina Abu Bakr untuk terus menjadi imam sholat
saat Nabi keluar untuk ikut sholat jamaah, padahal Nabi jelas memerintahkan
beliau
امكث مكانك
Tetaplah di
tempatmu, hai Abu Bakr.
Abu Bakr menolak
perintah langsung ini. Alasan beliau adalah kepatutan dan adab.
ما كان لابن ابى قحافة
ان يصلي بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم
Tak patut anak
Abu Quhafah sholat mengimami RasululLah SAW.
Peristiwa
kedua adalah saat perjanjian Hudaibiyah. Sayyidina Ali diperintahkan Nabi
menghapus tulisan Muhammad RasululLah dari perjanjian, atas permintaan
perunding dari Quraisy yakni Suhail Ibn Amr (yang waktu itu belum masuk Islam).
Sayyidina Ali
menolak perintah langsung tersebut, sehingga Nabi sendiri yang menghapus
tulisan RasululLah dari naskah perjanjian.
Ini pun karena
adab Sayyidina Ali kepada RasululLah SAW.
Dua peristiwa
dijadikan dasar Izzuddin ibn Abdis Salam untuk menambahkan lafadh sayyidina di
depan nama Nabi, walaupun dalam lafadh sholawat yang diriwayatkan tak disebut
kata sayyyidina.
Apalagi Nabi
sendiri juga bersabda :
انا سيد ولد ادم يوم
القيامة
Aku adalah
sayyidnya anak Adam di Hari Kiamat kelak.
WalLahu a'lam.
0 Response to "ANTARA FIQH DAN ADAB"
Posting Komentar