Penerimaan Siswa Baru, Silahkan daftarkan putra/putri anda DI MA, MTs, Pesantren, dan atau Panti Asuhan Kami. Segera !!!

SANAD DAN ERA DISRUPSI

Oleh: KH. Ahmad Halimy, SE., M.Pd.I

Dalam sejarah Islam, awal mula merebaknya tradisi sanad memang sedikit banyak berhubungan dengan masa disrupsi. Imam Muhammad Ibn Sirin (w. 110 H), seorang tabiin bercerita :
" ﻟﻢ ﻳﻜﻮﻧﻮا ﻳﺴﺄﻟﻮﻥ ﻋﻦ اﻹﺳﻨﺎﺩ، ﻓﻠﻤﺎ ﻭﻗﻌﺖ اﻟﻔﺘﻨﺔ، ﻗﺎﻟﻮا: ﺳﻤﻮا ﻟﻨﺎ ﺭﺟﺎﻟﻜﻢ، ﻓﻴﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺃﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ ﻓﻴﺆﺧﺬ ﺣﺪﻳﺜﻬﻢ، ﻭﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺃﻫﻞ اﻟﺒﺪﻉ ﻓﻼ ﻳﺆﺧﺬ ﺣﺪﻳﺜﻬﻢ "
Dahulu para ulama' tidak menanyakan sanad. Ketika terjadi fitnah (perpecahan ummat Islam menjadi berbagai aliran teologis), maka mereka berkata: "Sebutkan perawi Anda kepada kami". Jika perawi tergolong ahlussunah maka kami terima. Jika dari ahli bidah maka tidak kami terima".
Kisah Ibn Sirin ini menunjukkan pada kita bahwa pada awalnya permasalahan sanad tak dipermasalahkan dalam periwayatan ajaran agama, sampai muncul fitnah di tubuh ummat Islam. Fitnah di sini adalah peristiwa munculnya beragam aliran teologis seperti Syi'ah, Khowarij, Qodariyyah, Jabariyyah, Murji'ah dan Mu'tazilah. Ini terjadi terutama pasca terbunuhnya Sy. Utsman bin Affan di tahun 35 H.
Di saat masa disrupsi pemikiran Islam di pertengahan abad pertama dan awal abad kedua inilah sanad lalu menjadi sandaran untuk membedakan ahlus Sunnah dan ahli bid'ah. Di masa itu semua kelompok mengklaim bahwa pemikiran mereka adalah penafsiran terbenar terhadap Al Qur'an dan Nabi. Sanadlah yang kemudian menjadi pembeda yang penting dari semua pemikiran yang beragam tersebut.
Muncullah kemudian kalimat termasyhur yang diucapkan Abdullah Ibnul Mubarok :
الاسناد من الدين
Sanad adalah bagian dari agama.
Di era digital yang disruptif ini, di mana berbagai pemikiran soal Islam berseliweran di berbagai media sosial, sejak Facebook hingga YouTube, sanad mungkin sekali lagi diperlukan untuk menjadi pembeda yang menentukan.
WalLahu a'lam

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " SANAD DAN ERA DISRUPSI"

Posting Komentar